Follow me on Twitter RSS FEED

Dimensi Bambu

Posted in
Dimensi Bambu
Menurut Prawiroatmodjo (1976), perubahan dimensi bambu tidak sama dari ketiga arah stuktur radial, tangensial dan longitudinal sehingga kayu atau bambu bersifat anisotropis. Kedua jenis perubahan dimensi mempunyai arti yang sama penting, tetapi berdasarkan pengalaman praktis yang lebih sering menggunakan bambu dalam keadaan basah, maka pengerutan bambu menjadi perhatian yang lebih besar dibanding pengembangannya. Angka pengerutan total untuk kayu atau bambu normal berkisar antara 4,5% sampai 14% dalam arah radial, 2,1% sampai 8,5% dalam arah tangensial dan 0,1% sampai 0,2% dalam arah longitudinal.
Pada penampang melintang bambu, makin mendekati bagian kulit batang susunan sel sklerenkim semakin rapat, sehingga kekuatan batang bambu paling besar berada pada bagian batang sebelah luar, selanjutnya pada kulit bagian luar bambu terdapat lapisan tipis dan halus yang sangat kuat. Dari pangkal ke ujung batang lapisan ini cenderung semakin tipis. Karena adanya bagian kulit batang bambu yang sangat kuat ini, maka perubahan dimensi akan terpengaruh yaitu dimensi bambu akan lebih stabil terutama ke arah tangensial. Akibatnya variasi kekuatan bagian kulit ini akan menyebabkan variasi penyusutan tangensial
(Sutapa,1986).
Limaye (1952) menyatakan, bahwa ukuran diameter bambu berkorelasi dengan tingkat ketebalan batang, sedang tingkat ketebalan batang berpengaruh
terhadap sifat : anatomi, fisika dan mekanika. Dengan demikian, bambu yang berbeda ukuran diameternya akan mempunyai sifat : anatomi, fisika dan mekanika yang berbeda pula, dikutip oleh Suranto, 1992.
Batang bambu pada umumnya berupa silinder cembung dengan diameter 1 cm hingga 25 cm dan mempunyai ketinggian bervariasi 1 m hingga 40 m. Diameter bambu berkurang sejalan dengan panjangnya, dari pangkal hingga ujung. Bambu yang cembung ini secara total dipisahkan pada buku-bukunya oleh diafragma transversal (Ghavami dan Martiseni, 1987), dikutip kembali oleh Ghavami, 1988.
Secara umum 40% hingga 70% serat terkonsentrasi di bagian luar dan 15% hingga 30% di bagian dalam batang. Serat-serat tersebut terarah sepanjang sumbu batang dengan diameter 0,08 mm hingga 0,70 mm, tergantung pada spesies dan lokasinya pada tampang-lintang. Pada buku-buku (nodia), serat-serat ini saling bertautan dan sebagian memasuki diafragma dan cabang-cabang. Sebagai akibat dari diskontinyuitas ini buku-buku pada umumnya merupakan titik terlemah dari batang bambu (Ghavami, 1988).
Bambu sebaiknya dipotong pada waktu musim panas agar kadar airnya sedikit sehingga perubahan dimensinya kecil. Bambu cenderung menyerap jumlah air yang besar bila terendam atau tertimpa hujan dan bila hal ini berlangsung pada waktu yang cukup lama, bambu dapat menyerap hingga 100% dari berat keringnya. Penyerapan air ini diikuti oleh pembesaran dimensi yang bertambah sebanding dengan penyerapan hingga mencapai batas kejenuhan / saturation point.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya mau nanya kalau misalnya saya ingin membangun sebuah bangunan bambu dgn uk luas 45x25m dan berbentuk kubah lonjong dengan rangka bambu melengkung apakah hal ini memungkinkan?

Unknown mengatakan...

Saya mau nanya kalau misalnya saya ingin membangun sebuah bangunan bambu dgn uk luas 45x25m dan berbentuk kubah lonjong dengan rangka bambu melengkung apakah hal ini memungkinkan

Posting Komentar